
Tradisi dan Budaya Menyatu, Babinsa Boliyohuto Ikuti Saparan dan Pagelaran Wayang Kulit Sidodadi

Boliyohuto, 23 Agustus 2025 - Penuh makna di Aula Pendopo Desa Sidodadi, Kecamatan Boliyohuto, Kabupaten Gorontalo. Tepat pukul 20.00 Wita, masyarakat dari berbagai kalangan berkumpul untuk mengikuti kegiatan saparan atau doa bersih desa yang dirangkaikan dengan pagelaran wayang kulit. Dalam kesempatan ini, Praka Muhammad Nurrochim, Babinsa Koramil 1315-05/Boliyohuto, turut hadir mendampingi masyarakat, menunjukkan sinergi TNI bersama rakyat dalam menjaga tradisi budaya dan keharmonisan desa.
Sebagai Babinsa, kehadiran Praka Muhammad Nurrochim memiliki arti penting. Selain menjaga keamanan dan perdamaian di wilayah binaan, ia juga bertugas membina masyarakat dalam bidang perlindungan dan keamanan. Momentum seperti saparan menjadi salah satu sarana untuk lebih dekat dengan warga sekaligus mempererat tali silaturahmi antara TNI dengan masyarakat.
Acara ini turut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, di antaranya Sudarni dan Supriyanto (Anggota DPRD Kabupaten), Hasyim Rifai, S.Pd., MM (Camat Boliyohuto), Sukijo (Ketua Panitia), Legino (Sekretaris Panitia), Riyono Marsono (Kepala Desa Sidodadi), anggota Polsek Boliyohuto, para kepala desa se-Kecamatan Boliyohuto, tokoh adat, tokoh agama, serta masyarakat setempat. Kehadiran berbagai unsur tersebut mencerminkan kuatnya rasa kebersamaan dalam menjaga tradisi dan budaya desa.
Doa Bersih Desa atau yang dikenal dengan Saparan merupakan tradisi tahunan masyarakat Desa Sidodadi. Setiap tahun, kegiatan ini digelar sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rezeki, keselamatan, dan kedamaian yang dianugerahkan kepada warga desa.
Selain sebagai bentuk ungkapan syukur, saparan juga diselenggarakan untuk menjaga silaturahmi antarwarga Desa Sidodadi. Melalui kegiatan ini, masyarakat dapat berkumpul, saling berbagi cerita, serta mempererat persaudaraan tanpa memandang perbedaan.
Setelah doa bersama, acara dilanjutkan dengan pagelaran seni budaya wayang kulit yang membawakan lakon “Wahyu Makuto Romo”. Pertunjukan ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga sarana pendidikan moral dan nilai-nilai kehidupan bagi masyarakat.
Kegiatan saparan dan pagelaran wayang kulit ini bertujuan untuk melestarikan tradisi leluhur, mempererat persaudaraan, menanamkan nilai moral, serta menguatkan identitas budaya di tengah arus modernisasi.
Acara ini bisa terus berlangsung karena masyarakat Sidodadi menyadari bahwa budaya adalah akar kehidupan yang harus dijaga dan diwariskan kepada generasi muda. Dengan saparan dan wayang kulit, mereka menjaga kesinambungan nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong.
Kegiatan ini harus diadakan dengan melibatkan semua unsur masyarakat, mulai dari pemerintah desa, aparat keamanan, tokoh agama, tokoh adat, hingga pemuda. Kebersamaan dalam penyelenggaraan inilah yang membuat tradisi tetap hidup dan bermakna.
Banyak manfaat yang didapat dari kegiatan ini, seperti menguatkan persatuan, menjaga keharmonisan sosial, menumbuhkan rasa syukur, serta memberikan hiburan sekaligus pendidikan budaya bagi warga.
Masyarakat Desa Sidodadi berharap agar tradisi saparan dan pagelaran wayang kulit dapat terus dilestarikan dari generasi ke generasi, sehingga nilai kebersamaan, gotong royong, dan kecintaan terhadap budaya tidak pernah pudar.
Kegiatan saparan dan pagelaran wayang kulit di Desa Sidodadi bukan hanya sekadar acara seremonial, melainkan menjadi cermin kekuatan budaya lokal yang menyatukan masyarakat dalam bingkai kebersamaan, rasa syukur, dan persaudaraan.
Tepat pukul 22.00 Wita, doa bersih desa selesai dilaksanakan dengan khidmat, dilanjutkan pagelaran wayang kulit semalam suntuk yang menghibur masyarakat. Acara berlangsung aman, tertib, dan penuh keakraban, menjadi bukti nyata bahwa tradisi dan budaya adalah perekat yang tak tergantikan dalam kehidupan bermasyarakat.
